Gajah Sanggup Mengingat?
Pepatah usang bahwa gajah sanggup mengingat sepertinya benar, menurut video menyentuh yang menawarkan gajah Asia kembali ke ibunya sesudah bertahun-tahun terpisah.
Setelah melaksanakan perjalanan sejauh 100 km melalui hutan Thailand, Me-Bai, seekor gajah betina kecil risikonya sanggup mengendus ibunya, Mae Yui, dan keduanya terlihat mengepakkan indera pendengaran mereka dan membelai satu sama lain dengan belalai mereka di Taman Perlindungan Gajah, di utara negara itu.
Me-Bai dijual untuk menyediakan wahana bagi wisatawan di Thailand ketika beliau berumur tiga setengah tahun, dan tidak melihat ibunya lagi semenjak dikala itu. Ibunya juga bekerja dalam perdagangan, selama tiga tahun.
Ini tentu sangat menyedihkan sebab gajah betina cenderung untuk tetap bahu-membahu dalam kawanan hingga mereka mati, mengembangkan ikatan yang sangat kuat. Gajah kecil sangat jarang dipisahkan sebelum berusia lima tahun.
Karena masih terlalu kecil, maka semenjak menjadi wahana bagi turis, berat tubuh Me-Bai segera menurun drastis dan risikonya tidak sanggup membawa para wisatawan lagi.
Untunglah baru-baru ini Me-Bai diselamatkan dan dibawa ke kawasan Perlindungan Gajah sesudah menempuh perjalanan yang melelahkan (100 km) di bawah terik matahari yang berlangsung selama empat hari.
Me-Bai terlihat gugup dan waspada terhadap orang-orang ketika ia pertama kali datang di kawasan perlindungan, tapi beliau sanggup dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya, ibarat yang dilaporkan National Geographic.
Para petugas sebelumnya telah mengetahui bahwa ibu Me-Bai bekerja di industri pariwisata di bersahabat taman dan pemiliknya oke untuk mempensiunkan Mae Yui sehingga beliau sanggup bergabung di Taman Perlindungan Gajah.
Saat emosional bersatunya kembali anak dan ibu gajah direkam kamera.
Rekaman video menawarkan kedua gajah itu saling membelai satu sama lain dengan belalai mereka dan mengepakkan indera pendengaran mereka dalam sukacita. Duo ini juga terlihat berjalan dan makan bahu-membahu dengan gembira.
Sebuah studi sebelumnya yang dilakukan di taman oleh Mahidol University, Thailand dan Emory University, Amerika Serikat, menemukan bahwa gajah menghibur satu sama lain ketika mereka tertekan, dengan bunyi lembut dan membelai kepala dan alat kelamin masing-masing.
Tindakan ini sanggup dilihat dalam video.
Psikolog dan andal sikap gajah, Preston Foerder, dari University of Tennessee, menyampaikan gajah berkomunikasi dengan sentuhan, serta bunyi dan penglihatan, sebab belalai-belalai mereka sangat sensitif.
Namun, andal sikap binatang Frans de Waal dari Emory University, menyampaikan bahwa kedua gajah itu sanggup saja bergotong-royong tidak ingat satu sama lain, tetapi mereka hanya saling merasa cocok dan nyaman.
"Tidak ada keraguan perihal perasaan gajah dan ikatan antar gajah, tapi kita insan lebih suka membacanya sebagai korelasi ibu-anak ke dalam hal ini," katanya.
"Ada kemungkinan kedua gajah itu mengingat satu sama lain, tapi video itu sendiri tidak menunjukan ini."
Terlepas dari kedua gajah itu saling mengingat atau tidak, yang terang keduanya sekarang terlihat bangga di alam bebas ...
Sumber: National Geographic
Setelah melaksanakan perjalanan sejauh 100 km melalui hutan Thailand, Me-Bai, seekor gajah betina kecil risikonya sanggup mengendus ibunya, Mae Yui, dan keduanya terlihat mengepakkan indera pendengaran mereka dan membelai satu sama lain dengan belalai mereka di Taman Perlindungan Gajah, di utara negara itu.
Me-Bai dijual untuk menyediakan wahana bagi wisatawan di Thailand ketika beliau berumur tiga setengah tahun, dan tidak melihat ibunya lagi semenjak dikala itu. Ibunya juga bekerja dalam perdagangan, selama tiga tahun.
Ini tentu sangat menyedihkan sebab gajah betina cenderung untuk tetap bahu-membahu dalam kawanan hingga mereka mati, mengembangkan ikatan yang sangat kuat. Gajah kecil sangat jarang dipisahkan sebelum berusia lima tahun.
Karena masih terlalu kecil, maka semenjak menjadi wahana bagi turis, berat tubuh Me-Bai segera menurun drastis dan risikonya tidak sanggup membawa para wisatawan lagi.
Untunglah baru-baru ini Me-Bai diselamatkan dan dibawa ke kawasan Perlindungan Gajah sesudah menempuh perjalanan yang melelahkan (100 km) di bawah terik matahari yang berlangsung selama empat hari.
Me-Bai terlihat gugup dan waspada terhadap orang-orang ketika ia pertama kali datang di kawasan perlindungan, tapi beliau sanggup dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya, ibarat yang dilaporkan National Geographic.
Para petugas sebelumnya telah mengetahui bahwa ibu Me-Bai bekerja di industri pariwisata di bersahabat taman dan pemiliknya oke untuk mempensiunkan Mae Yui sehingga beliau sanggup bergabung di Taman Perlindungan Gajah.
Saat emosional bersatunya kembali anak dan ibu gajah direkam kamera.
Rekaman video menawarkan kedua gajah itu saling membelai satu sama lain dengan belalai mereka dan mengepakkan indera pendengaran mereka dalam sukacita. Duo ini juga terlihat berjalan dan makan bahu-membahu dengan gembira.
Sebuah studi sebelumnya yang dilakukan di taman oleh Mahidol University, Thailand dan Emory University, Amerika Serikat, menemukan bahwa gajah menghibur satu sama lain ketika mereka tertekan, dengan bunyi lembut dan membelai kepala dan alat kelamin masing-masing.
Tindakan ini sanggup dilihat dalam video.
Psikolog dan andal sikap gajah, Preston Foerder, dari University of Tennessee, menyampaikan gajah berkomunikasi dengan sentuhan, serta bunyi dan penglihatan, sebab belalai-belalai mereka sangat sensitif.
Namun, andal sikap binatang Frans de Waal dari Emory University, menyampaikan bahwa kedua gajah itu sanggup saja bergotong-royong tidak ingat satu sama lain, tetapi mereka hanya saling merasa cocok dan nyaman.
"Tidak ada keraguan perihal perasaan gajah dan ikatan antar gajah, tapi kita insan lebih suka membacanya sebagai korelasi ibu-anak ke dalam hal ini," katanya.
"Ada kemungkinan kedua gajah itu mengingat satu sama lain, tapi video itu sendiri tidak menunjukan ini."
Terlepas dari kedua gajah itu saling mengingat atau tidak, yang terang keduanya sekarang terlihat bangga di alam bebas ...
Baca Juga:
Sumber: National Geographic