Fenomena Hujan Laba-Laba Di Australia
Sementara hujan kucing dan anjing hanya metafora, hujan laba-laba ialah realitas di Australia. Hujan arakhnida terbaru berlangsung pekan kemudian di sebuah kota yang disebut Goulburn, di New South Wales, sekitar 195 km selatan-barat dari Sydney, di mana jutaan laba-laba kecil turun dari langit dan menyelimuti pedesaan dengan jaring mereka. Berbeda dengan hujan katak dan hujan ikan yang jarang dan belum sepenuhnya dipahami, hujan arakhnida ialah fenomena yang didokumentasikan dengan baik dan disebut "ballooning" (pembalonan) yang dipakai oleh laba-laba dan beberapa invertebrata lainnya untuk bermigrasi dari satu kawasan ke kawasan yang lain.
Selama "balloning", laba-laba akan naik setinggi yang sanggup mereka capai, bangkit di atas kaki engan perut mengarah ke atas dan melepaskan beberapa benang sutra ke udara. Helai ini membentuk segitiga berbentuk parasut yang memungkinkan mereka untuk dibawa pergi oleh angin ratusan mil jauhnya ke wilayah baru. Dalam kondisi tak berangin, medan listrik statis bumi juga sanggup menawarkan tumpangan.
Sebagian besar dari laba-laba ini meninggal selama perjalanan, dimakan oleh predator atau tewas oleh kondisi cuaca yang keras. Tapi sebagian kecil bertahan untuk mendirikan koloni baru. Setelah mereka mendarat, laba-laba menghilang ke dalam tanah dan benang, terbuat dari protein, hancur hingga tidak ada bukti bahwa sesuatu telah terjadi.
Menurut Robb Bennett, seorang peneliti di entomologi Royal British Columbia Museum di Victoria, tidak terperinci mengapa laba-laba terbang secara bersamaan hingga menjadikan fenomena ibarat hujan, meskipun itu kadang kala dikaitkan dengan hujan deras. Tontonan menakjubkan biasanya terjadi pada bulan Mei atau Agustus di Australia, sesudah hujan.
Todd Blackledge, dosen biologi di University of Akron, Ohio mengatakan, ialah pemandangan tak biasa jutaan laba-laba terbang pada waktu yang bersamaan. Dia menambahkan, hujan laba-laba mungkin terjadi ketika kelompok laba-laba siap melaksanakan balloning, namun terhambat faktor cuaca, misalnya. "Sehingga ketika cuaca berubah ke kondisi yang sempurna melaksanakan balloning, mereka melakukannya secara bersamaan".
Peristiwa balloning tersebut, bagaimanapun, tidak unik di Australia saja. Peristiwa serupa juga terjadi di belahan bumi utara ibarat di Amerika Serikat dan Inggris.
Source
Jaring laba-laba menutupi tanah di kota Australia Goulburn.
Selama "balloning", laba-laba akan naik setinggi yang sanggup mereka capai, bangkit di atas kaki engan perut mengarah ke atas dan melepaskan beberapa benang sutra ke udara. Helai ini membentuk segitiga berbentuk parasut yang memungkinkan mereka untuk dibawa pergi oleh angin ratusan mil jauhnya ke wilayah baru. Dalam kondisi tak berangin, medan listrik statis bumi juga sanggup menawarkan tumpangan.
Sebagian besar dari laba-laba ini meninggal selama perjalanan, dimakan oleh predator atau tewas oleh kondisi cuaca yang keras. Tapi sebagian kecil bertahan untuk mendirikan koloni baru. Setelah mereka mendarat, laba-laba menghilang ke dalam tanah dan benang, terbuat dari protein, hancur hingga tidak ada bukti bahwa sesuatu telah terjadi.
Menurut Robb Bennett, seorang peneliti di entomologi Royal British Columbia Museum di Victoria, tidak terperinci mengapa laba-laba terbang secara bersamaan hingga menjadikan fenomena ibarat hujan, meskipun itu kadang kala dikaitkan dengan hujan deras. Tontonan menakjubkan biasanya terjadi pada bulan Mei atau Agustus di Australia, sesudah hujan.
Todd Blackledge, dosen biologi di University of Akron, Ohio mengatakan, ialah pemandangan tak biasa jutaan laba-laba terbang pada waktu yang bersamaan. Dia menambahkan, hujan laba-laba mungkin terjadi ketika kelompok laba-laba siap melaksanakan balloning, namun terhambat faktor cuaca, misalnya. "Sehingga ketika cuaca berubah ke kondisi yang sempurna melaksanakan balloning, mereka melakukannya secara bersamaan".
Peristiwa balloning tersebut, bagaimanapun, tidak unik di Australia saja. Peristiwa serupa juga terjadi di belahan bumi utara ibarat di Amerika Serikat dan Inggris.
Baca juga:
Source