Dari Mana Air Di Bumi Berasal?
Air sangat penting untuk kelangsungan hidup kita, tapi tahukah kita, darimana awalnya air itu berasal? Atau darimana air yang melimpah di planet bumi yang menutupi sekitar 70 -75 persen permukaan bumi berasal?
Ketika kita masih SD atau SMP, tentu kita mempelajari wacana siklus air - penguapan dari lautan dan danau, kondensasi membentuk awan, kemudian menjadi hujan yang kembali mengisi lautan dan danau - dan itu semua masuk akal. Kecuali satu hal: Tidak ada rincian menjelaskan dari mana air berasal sebelum siklus air itu terjadi.
Asal air planet kita ialah dongeng yang cukup panjang dan kompleks yang meregang kembali ke sekitar 13,8 miliar tahun lalu, yaitu beberapa ketika sesudah terjadinya Big Bang. Dan bab penting dari cerita, berpusat pada dua penghuni tata surya, telah hangat diperdebatkan selama beberapa dekade.
Oke, kita mulai dari bab awal cerita, yang kita pikir kita telah memahaminya dengan baik:
Sekitar tiga menit sesudah Big Bang, temperatur alam semesta terus menurun menjadi satu milyar Kelvin. Energi kinetik yang dihasilkan temperatur sebesar ini sudah tidak bisa lagi menahan gaya nuklir berpengaruh antara proton dan netron yang selanjutnya bergabung menjadiinti-inti atom ringan. Proses ini dinamakan sebagai proses nukleosintesis. Salah satu prestasi besar kosmologi modern ialah deskripsi matematis dari proses ini, yang memperlihatkan prediksi akurat untuk kelimpahan kosmik dari inti-inti atom yang paling sederhana yaitu hidrogen, lebih sedikit helium dan hanya beberapa lithium. Terciptanya hidrogen dengan berlimpah ini ialah awal yang sempurna dalam perjalanan menuju terciptanya molekul air, tapi bagaimana dengan atom penting lain dari air, yaitu oksigen?
Di situlah tugas bintang, yaitu sekitar satu miliar tahun sesudah Big Bang, bintang-bintang generasi pertama masuk dalam dongeng ini. Jauh di dalam interior panas mereka, tungku nuklir bintang-bintang memadukan inti-inti sederhana yang tercipta sesudah Big Bang menjadi elemen-elemen yang lebih kompleks, termasuk karbon, nitrogen dan, ya, oksigen. Kemudian dalam bab selesai kehidupan bintang, ketika bintang bersupernova, ledakannya memuntahkan elemen-elemen ini ke ruang angkasa. Oksigen dan hidrogen bergabung membuat H2O.
Apakah dongeng hanya hingga disitu? Tidak! Bahkan, ini ialah bab di mana dongeng menjadi sedikit lebih rumit. Molekul-molekul air yang niscaya menjadi bab dari pusaran berdebu yang mengelilingi bintang-bintang generasi kedua (seperti matahari kita) yang gres lahir dan membentuk planet-planet dan obyek-obyek tata surya lainnya. Peristiwa menyerupai ini dimulai sekitar sembilan miliar tahun sesudah Big Bang.
Tapi dalam sejarah awal bumi, suhu lingkungan sangat tinggi dan tidak ada atmosfer yang membungkus, menyiratkan bahwa air permukaan akan menguap dan melayang kembali ke angkasa. Air yang kita miliki ketika ini, tampaknya, haruslah ada usang sesudah Bumi terbentuk.
Pada tata surya kita, selama periode sekitar 4 miliar tahun yang kemudian yang disebut Late Heavy Bombardment, obyek-obyek besar, asteroid dan/atau komet menabrak bumi dan planet-planet dalam. Ada kemungkinan bahwa obyek-obyek tersebut mengandung air, dan bahwa tabrakan-tabrakan tersebut bisa membuat lautan air yang memenuhi bumi.
Namun, pengukuran jarak jauh dari air yang menguap dari beberapa komet besar yang ada (Halley, Hyakutake, dan Hale-Bopp) mengungkapkan bahwa air es mereka dibentuk dari banyak sekali jenis H2O (mengandung isotop Hidrogen yang lebih berat) dari H2O Bumi, memperlihatkan bahwa komet ini tidak bisa menjadi sumber air kita. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh misi rosetta terhadap komet 67P/Churyumov-Gerasimenko memperlihatkan bahwa jenis hidrogen pada airnya berbeda dengan air bumi
Dengan komet besar dicoret daftar, astronom mulai bertanya-tanya apakah mungkin petunjuk wacana air bumi terletak di sabuk asteroid. Wilayah ratusan ribu asteroid yang mengorbit antara planet-planet dalam dan luar tata surya kita ini awalnya diyakini oleh para astronom terlalu bersahabat dengan matahari untuk menjadi rumah air, namun para astronom menemukan bukti pertama es di asteroid 24 Themis.
Penemuan ini diikuti penemuan-penemuan lainnya dari es di asteroid memperlihatkan bahwa mungkin ada jauh lebih banyak es di sabuk asteroid daripada yang diperkirakan dan memperlihatkan kemungkinan yang cukup besar, bahwa asteroid-asteroid lah yang merupakan asal air di bumi. Tetapi analisis ketika ini masih didasarkan pada sampel yang terbatas, yang berarti masih ada kemungkinan bahwa kita belum hingga pada kesimpulan akhir.
Jika batu-batu luar angkasa yang kita sebut asteroid ialah asal dari semua air yang ada di bumi ketika ini, maka menyerupai yang pernah AMJG postingkan tahun 2011 disini, mungkin pengetahuan diatas akan lebih memperluas pemahaman kita wacana tafsir ayat-ayat berikut ini:
.... Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah kemudian keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, alasannya ialah takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kau kerjakan. (Al Baqoroh 74)
Dan Kami turunkan air dari langit berdasarkan suatu ukuran; kemudian Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sebenarnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (Al Mukminuun 18)
Jadi, pada ketika Anda menghidupkan keran, renungkanlah sejarah perjalanan air yang sangat panjang dan indah itu .....
Source: Dari banyak sekali sumber
Ketika kita masih SD atau SMP, tentu kita mempelajari wacana siklus air - penguapan dari lautan dan danau, kondensasi membentuk awan, kemudian menjadi hujan yang kembali mengisi lautan dan danau - dan itu semua masuk akal. Kecuali satu hal: Tidak ada rincian menjelaskan dari mana air berasal sebelum siklus air itu terjadi.
Asal air planet kita ialah dongeng yang cukup panjang dan kompleks yang meregang kembali ke sekitar 13,8 miliar tahun lalu, yaitu beberapa ketika sesudah terjadinya Big Bang. Dan bab penting dari cerita, berpusat pada dua penghuni tata surya, telah hangat diperdebatkan selama beberapa dekade.
Oke, kita mulai dari bab awal cerita, yang kita pikir kita telah memahaminya dengan baik:
Sekitar tiga menit sesudah Big Bang, temperatur alam semesta terus menurun menjadi satu milyar Kelvin. Energi kinetik yang dihasilkan temperatur sebesar ini sudah tidak bisa lagi menahan gaya nuklir berpengaruh antara proton dan netron yang selanjutnya bergabung menjadiinti-inti atom ringan. Proses ini dinamakan sebagai proses nukleosintesis. Salah satu prestasi besar kosmologi modern ialah deskripsi matematis dari proses ini, yang memperlihatkan prediksi akurat untuk kelimpahan kosmik dari inti-inti atom yang paling sederhana yaitu hidrogen, lebih sedikit helium dan hanya beberapa lithium. Terciptanya hidrogen dengan berlimpah ini ialah awal yang sempurna dalam perjalanan menuju terciptanya molekul air, tapi bagaimana dengan atom penting lain dari air, yaitu oksigen?
Di situlah tugas bintang, yaitu sekitar satu miliar tahun sesudah Big Bang, bintang-bintang generasi pertama masuk dalam dongeng ini. Jauh di dalam interior panas mereka, tungku nuklir bintang-bintang memadukan inti-inti sederhana yang tercipta sesudah Big Bang menjadi elemen-elemen yang lebih kompleks, termasuk karbon, nitrogen dan, ya, oksigen. Kemudian dalam bab selesai kehidupan bintang, ketika bintang bersupernova, ledakannya memuntahkan elemen-elemen ini ke ruang angkasa. Oksigen dan hidrogen bergabung membuat H2O.
Apakah dongeng hanya hingga disitu? Tidak! Bahkan, ini ialah bab di mana dongeng menjadi sedikit lebih rumit. Molekul-molekul air yang niscaya menjadi bab dari pusaran berdebu yang mengelilingi bintang-bintang generasi kedua (seperti matahari kita) yang gres lahir dan membentuk planet-planet dan obyek-obyek tata surya lainnya. Peristiwa menyerupai ini dimulai sekitar sembilan miliar tahun sesudah Big Bang.
Ilustrasi awan gas dan debu pembentuk planet dan obyek-obyek tata surya lainnya mengelilingi bintang muda
Tapi dalam sejarah awal bumi, suhu lingkungan sangat tinggi dan tidak ada atmosfer yang membungkus, menyiratkan bahwa air permukaan akan menguap dan melayang kembali ke angkasa. Air yang kita miliki ketika ini, tampaknya, haruslah ada usang sesudah Bumi terbentuk.
Pada tata surya kita, selama periode sekitar 4 miliar tahun yang kemudian yang disebut Late Heavy Bombardment, obyek-obyek besar, asteroid dan/atau komet menabrak bumi dan planet-planet dalam. Ada kemungkinan bahwa obyek-obyek tersebut mengandung air, dan bahwa tabrakan-tabrakan tersebut bisa membuat lautan air yang memenuhi bumi.
Namun, pengukuran jarak jauh dari air yang menguap dari beberapa komet besar yang ada (Halley, Hyakutake, dan Hale-Bopp) mengungkapkan bahwa air es mereka dibentuk dari banyak sekali jenis H2O (mengandung isotop Hidrogen yang lebih berat) dari H2O Bumi, memperlihatkan bahwa komet ini tidak bisa menjadi sumber air kita. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh misi rosetta terhadap komet 67P/Churyumov-Gerasimenko memperlihatkan bahwa jenis hidrogen pada airnya berbeda dengan air bumi
Dengan komet besar dicoret daftar, astronom mulai bertanya-tanya apakah mungkin petunjuk wacana air bumi terletak di sabuk asteroid. Wilayah ratusan ribu asteroid yang mengorbit antara planet-planet dalam dan luar tata surya kita ini awalnya diyakini oleh para astronom terlalu bersahabat dengan matahari untuk menjadi rumah air, namun para astronom menemukan bukti pertama es di asteroid 24 Themis.
Penemuan ini diikuti penemuan-penemuan lainnya dari es di asteroid memperlihatkan bahwa mungkin ada jauh lebih banyak es di sabuk asteroid daripada yang diperkirakan dan memperlihatkan kemungkinan yang cukup besar, bahwa asteroid-asteroid lah yang merupakan asal air di bumi. Tetapi analisis ketika ini masih didasarkan pada sampel yang terbatas, yang berarti masih ada kemungkinan bahwa kita belum hingga pada kesimpulan akhir.
Jika batu-batu luar angkasa yang kita sebut asteroid ialah asal dari semua air yang ada di bumi ketika ini, maka menyerupai yang pernah AMJG postingkan tahun 2011 disini, mungkin pengetahuan diatas akan lebih memperluas pemahaman kita wacana tafsir ayat-ayat berikut ini:
.... Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah kemudian keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, alasannya ialah takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kau kerjakan. (Al Baqoroh 74)
Dan Kami turunkan air dari langit berdasarkan suatu ukuran; kemudian Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sebenarnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (Al Mukminuun 18)
Wallahualam
Jadi, pada ketika Anda menghidupkan keran, renungkanlah sejarah perjalanan air yang sangat panjang dan indah itu .....
Baca Juga:
Source: Dari banyak sekali sumber